Laman

Dibalik Nama SIDRAP

Sidenreng Rappang, sebuah nama yang melegenda. Tesis itu tak seorang pun yang membantahnya. Bukan saja karena namanya yang kian populer, tapi juga nama Sidenreng Rappang itu sarat dengan muatan sejarah. Begitu banyak catatan penting yang tertoreh dari Sidenreng Rappang. Secara sosiologis ada satu hal yangada satu hal yang menjadi kunci utama lahirnya suatu daerah. Yaitu hal yang mempertanyakan bagaimana suatu komunitas bisa terbentuk dan unsur-unsur apa saja yang membentuk komunitas itu. Dan memang bukan lagi misteri, seperti apa dan bagaimana sesungguhnya Sidenreng Rappang terbentuk dilihat dari proses awal komunitasnya.

Bukti-bukti sejarah yang bisa ditelusuri yakni sejak kita mengenal budaya tulis. Sudah diwariskan suatu cerita mengenai keuletan suatu mayarakat di suatu tempat yang kemudian dikenal dengan nama Sidenreng dan Rappang. Itu terjadi sejak awal abad ke-16 sampai abad ke-17.

Bukan karena kebetulan sehinggaSidenreng Rappang telah menjadi nama yang sudah melegenda dan tidak asing, baik di tingkat lokal maupun di tingkat nasional. Bahkan tidak salah jika dikatakan sejarah gabungan dua nama Sidenreng dan Rappang, bukanlah sebuah nama yang memiliki makna kultural, tetapi juga telah menjadi trade mark dari sebuah proses sosial yang terbangun dalam komunitasnya.

Historisnya, Sidenreng Rappang terdiri dari dua kerajaan, masing-masing Kerajaan Sidenreng dan Kerajaan Rappang. Dua kerajaan ini sangat akrab meski memiliki sistem dan struktur pemerintahan sendiri-sendiri. Sekat-sekat primordialisme kemudian dapat melebur dalam kebersamaan.

Itu pula sebabnya, sulit mencari perbedaan dari dua kerajaan ini. Dialek bahasanya sama, bentuk fisiknya pun tidak berbeda. Bahasa sehari-harinya juga mirip. Wilayah Kerajaan Rappang menempati posisi sebelah utara, sedangkan Kerajaan Sidenreng berada di bagian selatan.Menurut catatan sejarah, kedua kerajaan tersebut memiliki sistem pemerintahannya masing-masing. Kerajaan Sidenreng dengan kepala pemerintahan awalnya bergelar Addowang. Namun dalam perkembangan selanjutnya gelar Addowang berubah menjadi Addatuang. Sedangkan untuk kepala pemerintahan Kerajaan Rappang bergelar Arung Rappang.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, penasehat memegang peranan penting, karena itu yang menjadi penasehat tidaklah sembarang orang. Maka harus memiliki watak intelektual yang betul-betul menjadi panutan dan referensi bagi kerajaan. Sebut misalnya penasehat kerajaan Sidenreng yang paling tersohor, Nene Mallomo. Penasehat di akhir abad ke-16 masehi ini, ukan saja dalam bidang pemerintahan, tetapi juga seorang hakim yang jujur. Buktinya ketika Nene Mallomo menjatuhkan hukuman mati terhadap putranya sendiri hanya karena terbukti mencuri bajak. Karena itu menegakkan kebenaran menurut Nene Mallomo, "temmakkeana, temmakkeappo", artinya tak mengenal anak cucu. Siapa pun yang bersalah harus dihukum.

Untuk itulah dalam mencari tatanan budaya masa lampau dan bagaimana untuk melanjutkan pengembangan kebudayaan dalam era yang demikian global, mengharusakan perlunya mengkaji kembali eksistensi Sidenreng Rappang yang kini berpenghuni kurang dari 245.000 jiwa.

1 komentar: